Senin, 09 Maret 2015

Tips Trading Dengan Pivot Point




 Di awal saya belajar trading, permasalahan support-resistant terus terang menjadi salah satu hal yang bikin saya penasaran. Bukan apa-apa sih, asalnya sih cuma pengen tau ajah… Soalnya seringkali ada temen trader yang bilang gini,"Kalo harga bisa tembus sekian, dia bakalan terus naik" atau "Kalo dia break sekian, bakalan terus turun tuh" atau "Ahh… paling-paling dia ntar mental di sekian”

Nah tuh, pikir saya, gimana cara dia menentukan angka "sekian"-nya itu yah? Jangan-jangan cuma main sok yakin aja ni orang. Maklumlah setelah sekian lama berhubungan dengan temen-temen trader (yang gak semuanya punya maksud baik), saya jadi punya bawaan curiga mulu kalo ada trader yang dengan yakin menyebutkan prediksi hasil analisisnya.

Yah, akhirnya dengan modal tanya sana sini dan googling sana sini, saya jadi paham bahwa sebagian besar trader menggunakan pivot point sebagai pedoman menentukan support-resistant. Iya sih… memang ada juga temen trader yang lebih mengandalkan Fibonacci retracement sebagai patokan yang berfungsi sebagaimana pivot point, dan terus terang belakangan saya juga ikutan jatuh cinta pada Fibonacci ini. Tapi setidaknya, pivot point memberikan perhitungan matematis yang bisa dikatakan lebih obyektif dibanding dengan indikator lainnya. Saya tidak akan menjabarkan bagaimana menghitung pivot point dan support-resistant di sini.

Toh anda akan dengan mudah mendapatkan hasil perhitungan pivot dari berbagai web yang menyediakan pivot calculator. Atau, kalo anda memang hobi yang ruwet-ruwet, silahkan googling aja untuk mendapatkan rumus perhitungan pivot point ini. Yang terpenting menurut saya adalah bagaimana memanfaatkan informasi yang didapat dari seretan angka pivot, R1,R2, R3, S1, S2 dan S3 tersebut.

Ok, Pivot point serta nilai support-resistant sebenarnya secara umum menggambarkan bagaimana pergerakan harga sebuah pair bergerak dalam rentang nilai tertentu. Pergerakan harga ini bisa diibaratkan pita elastis yang meregang dan pada akhirnya, cepat atau lambat akan rebound dan kembali ke posisi keseimbangan.

Nah, pivot point ini membantu kita untuk mengetahui, seberapa jauh peregangan ini akan terjadi. Secara psikologis, traders secara umum juga memiliki batas psikologis tentang tingkat harga yang dianggap tinggi dan tingkat harga yang dianggap rendah. Batasan-batasan psikologis yang "disepakati" inilah level-level support-resistant tersebut.

Ok, sekarang masalahnya adalah bagaimana dasar cara trading dengan pivot point? Pedoman secara umumnya sih, kalau anda sudah mengetahui batas-batas kapan harga akan rebound, anda akan bisa menentukan kapan anda sebaiknya masuk ataupun keluar market. Kalau kita sudah bisa mengetahui titik-titik support-resistant ini, maka kita bisa tahu, kapan sebaiknya melakukan buy, kapan sebaiknya sell dan kapan sebaiknya take profit.

Saya sendiri biasa memasang TP beberapa pips di bawah resistant (untuk posisi buy) atau beberapa pips di atas support (untuk posisi sell) sebagai TP. Apabila dilihat trend masih kuat, terkadang saya akan memasang pending order buy beberapa pips di atas resistant atau pending order sell beberapa pips di bawah support.

Dengan kata lain, nilai-nilai pivot, support dan resistant bisa dijadikan pedoman dalam menentukan TP (keluar market). Nah, kalaupun anda sudah mempunyai indicator andalan, gak ada salahnya anda menggabungkan sinyal dari indicator tersebut dengan patokan dari perhitungan pivot point ini. Setidaknya anda akan memperoleh gambaran yang lebih lengkap dalam memahami perilaku pergerakan sebuah pair.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar